Saturday, December 25, 2010

Tugas Perencanaan Produksi Perusahaan Penerbangan

Garuda-China Airlines Kembangkan Kerja Sama

JAKARTA--MI: PT Garuda Indonesia dan China Airlines mengumumkan, sedang mengembangkan kerja sama operasi dalam bentuk bagi hasil penumpang dan kargo serta program pelatihan pilot bagi kedua maskapai.

Nota kesepahaman kerja sama itu, kata VP Corporate Communications PT Garuda Indonesia, Pujobroto saat dihubungi di Jakarta, Minggu (23/5), telah ditandatangani Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar dan Dirut China Airlines, Huang-Hsiang Sun di Taipei, China, Jumat (21/5).

Pujobroto menjelaskan, penandatangan kerja sama kedua maskapai akan mencakup 'passenger/Cargo revenue Sharing' dan 'Frequent Flyer Program relationship'. China Airlines akan menjadi patner pertama bagi Garuda Indonesia dalam penukaran nilai tambah (mileage) antar maskapai. Kerja sama ini juga mencakup pelatihan pilot (simulator pilot training cooperation), katanya.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar seperti dikutip Pujobroto, menyambut gembira kerja sama tersebut mengingat kerja sama ini akan semakin mengembangkan jaringan penerbangan Garuda Indonesia.

Kerja sama ini juga memberikan lebih banyak pilihan dan kemudahan bagi pelanggan Garuda Indonesia dan China Airlines. Kerja sama ini merupakan pembaharuan dan pengembangan dari kerja sama yang sebelumnya, tambah Emirsyah.

Sementara itu, Direktur Utama China Airlines, Huang-Hsiang Sun mengatakan, MoU dengan Garuda ini akan semakin meningkatkan trafik antarkedua negara dan terbukanya peluang bagi pengembangan kerja sama antara kedua perusahaan penerbangan di masa mendatang.

Sebelumnya Garuda Indoensia dan China Airlines telah menjalin kerja sama meliputi kerja sama operasi dan pelayanan (codeshare) pada rute Jakarta -Taipei dan Denpasar-Taipei.

Pada kerja saman itu, China Airlines bertindak sebagai 'operating party' (maskapai yang menerbangi rute tersebut), sedangkan Garuda Indonesia bertindak sebagai 'marketing party' (maskapai penerbangan yang menjual sejumlah kapasitas kursi).

Garuda Indonesia diberi hak untuk menjual sebanyak 45 tempat duduk (seat) per hari pada rute Denpasar-Taipei pulang pergi dan 30 seat untuk rute Jakarta-Taipei pulang pergi.

Disamping itu, untuk kerja sama 'joint freighter' bagi angkutan kargo, Garuda Indonesia-China Airlines, saat ini telah tersedia untuk tujuan Amerika dan dalam waktu dekat ini juga akan direalisasikan untuk tujuan Australia. (Ant/vg/OL-02)

Sumber: Media Indonesia Online

KOMENTAR :

Penandatanganan MoU ini jelas merupakan kemajuan besar dalam hubungan bilateral antar kedua Negara khususnya di bidang transportasi udara. Kemajuan negara Cina di berbagai bidang patut kita amati dan lewat kerjasama inilah saatnya Indonesia mengambil ilmu yang lebih banyak salah satu diantaranya program pelatihan pilot yang tercantum di Kerjasama tersebut. Hubungan yang erat Indonesia dengan Cina sejak beberapa abad silam khususnya di bidang perdagangan, yang membuat masyarakat Tionghoa menjadi banyak di Indonesia, jelas menjadi faktor penting dalam perwujudan kerjasama ini. Sebab, grafik masyarakat Cina dari dan ke Indonesia dipastikan tetap stabil bahkan meningkat setiap tahunnya. Terlihat dari berhasilnya kerjasama operasi dan pelayanan (codeshare) pada rute Jakarta -Taipei dan Denpasar-Taipei yang telah dijalin sebelumnya.


Seragam baru Garuda awali rute Jakarta-Amsterdam


Oleh: Raydion Subiantoro

JAKARTA (Bisnis.com): Garuda Indonesia, maskapai bintang empat versi Skytrax, malam nanti dijadwalkan meresmikan penggunaan seragam baru bagi awak kabin pria dan wanita, yang akan digunakan pertama kali pada penerbangan Jakarta-Dubai-Amsterdam pada 11 Juni 2010.

Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan pergantian seragam tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan program penyegaran merek dari maskapai yang tahun ini kembali terbang ke Amsterdam, Belanda, itu.

“Kami berharap dengan upaya peluncuran seragam baru bermotif batik ini akan semakin mengenalkan budaya khas Indonesia kepada dunia internasional dan semakin meningkatkan brand Indonesia secara keseluruhan,” kata Emir dalam siaran persnya hari ini.

Selain kepada awak kabin, seragam baru juga akan dikenakan oleh pegawai Garuda di jajaran lainnya seperti bagian tiket, jasa pelayanan darat (ground handling), serta unit-unit lainnya.

Siaran pers Garuda menyebutkan seragam baru awak kabin wanita merupakan kebaya yang dimodifikasi, dan diinspirasi oleh batik dengan corak Parang Gondosuli.

Seragam tersebut memiliki nilai filosofis sinar kehidupan yang harum, dan memberi kesan anggun serta elegan. Seragam itu terdiri dari tiga warna, yaitu hijau toska, oranye, dan biru.

Adapun seragam awak kabin pria merupakan standar busana profesional, berupa setelan jas dengan warna abu-abu, dan kemeja warna biru muda. Dasi memiliki unsur grafis dan motif sayap Garuda Indonesia seperti yang terlihat pada ekor pesawat. (ts)

Sumber: Bisnis.Com

KOMENTAR :

Pergantian seragam sebuah instansi atau perusahaan apa pun, yang penting harus memiliki kekuatan citra perusahaan karena biasanya pergantian seragam baru diiringi oleh langkah perubahan yang dilakukan perusahaan. Dan memang di momen peluncuran rute baru inilah merupakan waktu yang tepat untuk pelaksanaannya. Dalam hal seragam, selain mengedepankan sisi citra diri, penting juga penyajian soal warna karena warna bukan semata urusan warna, tetapi juga memiliki kekuatan yang menginspirasikan citra perusahaan tersebut. Tiga warna yang disebut dalam siaran pers Garuda pasti sudah diperhitungkan secara cermat agar tak bertentangan dengan logo maupun bias warna tata ruang kabin Garuda. Saya meyakini kekuatan warna ada dan dimiliki oleh setiap perusahaan apa pun. Tak lupa pula bahwa pemilihan corak batik merupakan langkah inovatif yang mampu membuat batik semakin mendunia.


Merpati Diminta Komitmen Jalankan Rencana Bisnis


JAKARTA--MI: Menteri BUMN, Mustafa Abubakar, meminta direksi baru PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) solid dan berkomitmen tinggi melaksanakan rencana bisnis untuk mencapai target efisiensi perusahaan.

Komitmen direksi baru harus diwujudkan secara konkrit, agar target restrukturisasi perusahaan bisa tercapai, kata Mustafa, usai melantik direksi baru Merpati, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (27/5).

Pada kesempatan itu, Mustafa menetapkan Sardjono Jhony Tjitrokusumo sebagai direktur utama baru Merpati menggantikan Bambang Bhakti yang pada saat bersamaan diangkat menjadi Dirut PT ASDP Indonesia Ferry. Adapun susunan direksi lainnya, yaitu Adi Gunawan (Wakil Direktur Utama), Wisudo (Direktur Teknik), Asep Ekanugraha (Direktur Operasi), Tonny Aulia Achmad (Direktur Niaga), Farid Luthfi (Direktur Keuangan dan Administrasi).

Menurut Mustafa, direksi baru Merpati mengemban tugas berat mengingat kondisi perusahaan yang mengalami masalah yang kritis. Business Plan dalam rangka penyelamatan Merpati telah disusun dengan supervisi PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Di dalam rencana bisnis tersebut dikaji kelayakan pengadaan 15 pesawat jenis MA-60 dari China, kata Mustafa.

Perusahaan penerbangan pelat merah tersebut, membutuhkan dana sekitar Rp799,8 miliar selama tahun 2010 untuk keperluan restrukturisasi utang dan operasional perusahaan. Dana yang dibutuhkan mencapai Rp489,6 miliar dalam bentuk utang baru, dan Rp310 miliar untuk operasional dan penambahan armada. Total restrukturisasi utang Merpati mencapai Rp3,14 triliun, terdiri atas utang lama sebesar Rp2,65 triliun.

Mustafa menuturkan, untuk mendukung pelaksanaan business plan tersebut, pemerintah melalui Komite Restrukturisasi dan Revitalisasi PT MNA juga akan mengusulkan tambahan pinjaman tahap kedua dari PT PPA. Jika nantinya pinjaman tersebut dipenuhi, hal ini harus disertai catatan bahwa bantuan pinjaman tersebut adalah yang terakhir kalinya. Kalau sampai gagal atau tidak memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka kelangsungan dan eksistensi Merpati akan dipertimbangkan lagi, tegas Mustafa.

Untuk itu ditegaskannya, direksi Merpati sebelum dilantik sebelumnya sudah menandatangani kontrak manajemen secara kolegial sebagai alat penilai performa masing-masing direksi yang diukur melalui Key Performa Index (KPI). (Ant/OL-06)

Sumber: Media Indonesia Online

KOMENTAR :

Sebuah kepemimpinan baru dalam sebuah perusahaan memang sudah sepatutnya diiringi oleh sebuah target bisnis perusahaan. Selain menjadi sebuah motivator bagi para direksi baru, hal ini juga bisa dijadikan pedoman bagi mereka untuk tidak mengulangi hal-hal yang negatif di kepemimpinan sebelumnya. Berbagai macam hal yang dapat membuat Merpati masuk dalam masa kritis seperti ini, sedapat mungkin mampu diatasi oleh Direksi baru. Dua kunci yang harus dipegang juga adalah efektif dan efisien. Efektif dalam melaksanakan semua target dan efisien dalam mengelola semua pinjaman yang ada. Seperti yang ditegaskan oleh Mustafa, bahwa pinjaman yang sedang diusulkan merupakan pinjaman yang terakhir. Bila tidak memberikan hasil, maka keberadaan Merpati layak dipertimbangkan. Karena itu, tepat sekali langkah yang mengharuskan mereka (para direksi baru) menandatangani kontrak manajemen secara kolegial sebagai alat penilai performa.


Satu Tahun, Merpati Ditarget Benahi Diri

Antique, Ferial

VIVAnews - Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) memberi jangka waktu satu tahun kepada PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) untuk bangkit dari keterpurukan.

Pasalnya, Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA) siap mengucurkan dana tahap kedua sebesar Rp 310 miliar.

Menurut Meneg BUMN Mustafa Abubakar, saat ini, pencairan dana tersebut masih dalam tahap proses. Kita harapkan segera mungkin cair, karena Juni 15 pesawat yang didatangkan dari China mulai beroperasi, ujar dia dalam sambutan Pelantikan Direksi dan Dewan Komisaris PT ASDP Ferry dan MNA (persero) di Kantor Kementerian BUMN Jakarta, Kamis 27 Mei 2010.

Dia menambahkan, jika dalam batas waktu yang diberikan tersebut hasil kinerja MNA tidak sesuai dengan yang diharapkan, pemerintah mempertimbangkan kembali eksistensi Merpati.

Jika pinjaman disetujui PPA, diharapkan ini yang terakhir dan kalau Merpati gagal eksistensinya dipertimbangkan lagi, kata Mustafa.

Mustafa menuturkan, tentunya direksi baru MNA akan mengemban tugas berat, mengingat Merpati dalam masa kritis. Untuk itu, guna membangkitkan maskapai penerbangan ini direksi harus membuat terobosan-terobosan baru serta melakukan efisiensi biaya yang tertera dalam rencana bisnisnya. Efisiensi itu bisa diwujudkan dalam biaya operasi, ujarnya.

Sebelumnya, PPA sudah mengucurkan dana Rp 300 miliar untuk restrukturisasi MNA. Jika dana tahap kedua Rp 310 miliar disetujui, totalnya menjadi Rp 610 miliar. (wm)

Sumber: VIVAnews

KOMENTAR :

Inovasi harus dilakukan oleh Merpati guna mampu menerobos target yang dicanangkan dalam business plan. Apalagi waktu satu tahun yang dicanangkan Menteri BUMN terbilang cukup singkat. Bahkan mungkin sangat singkat, karena itu gerak cepat kepemimpinan baru ini sangat dibutuhkan guna efektivitas waktu. Efisiensi biaya yang telah dikucurkan di tahap pertama harus bisa terlaksana dengan baik sambil menunggu hasil pengajuan dana tahap kedua. Jadi dana total 610 miliar harus mampu menghasilkan suatu hasil positif dalam satu tahun ke depan, mengingat semua itu akan terbuang percuma bila pada akhirnya eksistensi Merpati di dunia penerbangan Indonesia dihentikan. Tidak mudah memang karena di satu sisi, beberapa perusahaan penerbangan lainnya juga tengah gencarnya melakukan penyehatan dan penunjukkan eksistensi di penerbangan Indonesia.


Maskapai LCC berpotensi diambilalih usaha besar

Oleh: Raydion Subiantoro

JAKARTA (Bisnis.com): Persaingan ketat antarmaskapai di segmen penerbangan berkonsep berbiaya murah (low cost carrier/LCC) berpotensi berdampak pada pengambilalihan perusahaan kecil oleh maskapai lebih besar.

Eugene van de Weerd, Country Director Frost & Sullivan Indonesia [perusahaan pengembang perusahaan], mengatakan maskapai di segmen LCC akan melakukan konsolidasi.

“Hal ini [persaingan semakin ketat] mengakibatkan konsolidasi dalam pasar, dengan perusahaan yang lebih kecil menjadi diambil alih oleh [perusahaan] yang lebih besar,” katanya dalam siaran pers hari ini.

Siaran pers dari Frost juga menyebutkan ada beberapa hal yang diperkirakan menganggu perkembangan bisnis dari maskapai yang berada di segmen LCC, di antaranya adalah biaya bahan bakar minyak yang tidak stabil.

Biaya bahan bakar mendekati 40% dari pendapatan maskapai LCC, karena itu peningkatan harga jual minyak mentah akan cepat berdampak buruk pada keuntungan.

Maskapai LCC di Asia Pasifik dinilai juga menghabiskan sekitar 20% pendapatan untuk biaya jasa kebandarudaraan untuk pelayanan di darat (ground handling).

Selain itu, yang bisa mengancam bisnis maskapai LCC adalah ekspansi maskapai dalam menambah jumlah armada, sehingga persaingan akan semakin ketat.

Rilis Frost juga menyebutkan pengelolaan bisnis LCC membutuhkan pengelolaan yang cukup baik untuk mempertahankan hasil. Untuk membuat bisnis lebih cerah, investasi dapat juga mengalir pada sektor lain yang masih terkait dengan LCC.

Sektor-sektor tersebut diantaranya adalah pembangunan infrastruktur seperti terminal LCC sehingga membuat biaya jasa kebandarudaraan bisa ditekan, penyewaan pesawat, perawatan dan perbaikan (maintenance, repair, dan overhaul), serta peningkatan pelayanan lainnya.(fh)

Sumber: Bisnis.Com

KOMENTAR :

Maskapai LCC memang sedang membanjiri dunia penerbangan Indonesia maupun dunia. Tujuan utama maskapai LCC jelas, yaitu mengangkut penumpang yang banyak lewat harga yang minimum. Di Indonesia, PT Lion Mentari Air, yang termasuk dalam maskapai LCC, saat ini masih mempertahankan posisi pertama sebagai maskapai yang paling banyak mengangkut jumlah penumpang. Adanya rencana revisi Keputusan Menteri Nomor 9 Tahun 2002 tentang Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi, tidak mengubah keputusan Lion Air untuk tetap berada di level minimal. Namun sebelum mengambil langkah ini, ada baiknya Lion Air mempertimbangkan beberapa hal yang disebut diatas seperti tidak stabilnya harga bahan bakar minyak yang mungkin akan tetap bergejolak dalam beberapa waktu ke depan dan ekspansi maskapai dalam menambah jumlah armada. Satu hal lagi yang paling penting, yaitu tetap meningkatkan pelayanan secara keseluruhan. Bila tidak terpenuhi, pengambilalihan maskapai LCC seperti Lion Air, Air Asia dan yang lainnya, oleh perusahaan maskapai besar benar-benar terjadi di Indonesia.

0 comments:

Post a Comment